about me / Bahasa Indonesia / Family / Indonesia / Language / Thoughts

Berbahasa Satu

Selamat hari Sumpah Pemuda! Dihari bersejarah untuk Indonesia ini gw mau ngebahas Bahasa Indonesia. Maaf sebelumnya kalo pembahasan bahasa Indonesia ini bukan dalam EYD tapi bahasa tutur. Masih inget ngga SMP dalam kelas Bahasa Indonesia kita belajar fungsinya sebagai Lingua Franca? Bahasa Indonesia adalah alat pemersatu negara dilihat dari geografis & budaya yang banyak ragamnya.

image

Nah besarlah kekagetan gw tahun lalu waktu kekamar kecil di mall di Jakarta. Gw lagi antri, ada anak kecil masuk sama babysitternya yang pake seragam. Nona kecil ini tanya dengan sopan ke gw “Ma’am, Is this available” sambil tunjuk kepintu WC yang tertutup. Gw jawab dalam bahasa Indonesia bahwa ada orang didalem. Terus dia bilang “Thanks”. Terus gw tanya kenapa dia pake bahasa Inggris kan kita di Jakarta, sesama orang Indonesia dan dia ngga keliatan sebagai anak setengah bule setengah Indonesia. Dia bilang ini harus dari ortunya. Dia sekolah di SD pengantarnya bahasa Inggris.

Bahasa Inggris sebagai bekal masa depan
Setelah kejadian itu gw jadi mulai observasi. Memang ya ternyata di Jakarta makin banyak anak-anak yang sepertinya lebih lancar berbahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Yang jadi pertanyaan gw adalah, kenapa? Sayang banget kalo bahasa asingnya bagus tapi bahasa ibu dilalaikan.

Mungkin kalian rasa aneh gw nulis ini karena 95% postingan diblog ini juga dalam bahasa Inggris. Cuma gw ngga rela, beneran. Penjelasan kenapa gw kebanyakan nulis dalam bahasa Inggris dipost lain ya, janji.

Sebagai lulusan Sastra jurusan Perancis, gw masih inget susahnya belajar bahasa asing minoritas. Akses ke bahasa Perancis itu ngga gampang, les musti ke CCF atau privat. Sementara dari dulu juga udah banyak jalan untuk belajar bahasa Inggris. Gw bisa maklum orang tua yang nyekolahin anaknya ke bilingual school, tujuannya baik yaitu mempersiapkan anaknya ke lingkungan internasional. Tapi kalo sampe bahasa Indonesia si anak ngga rapi ya trenyuh juga gw liat trend ini.

Native speaker bahasa Indonesia?
Definisi native speaker (penutur bahasa ibu) adalah penutur bahasa ibu dimana bahasa ibu itu yang dipelajari sejak lahir. Biasanya bahasa ibu itu adalah bahasa orang tua si anak dan bahasa dinegara dimana ia tinggal.

  • Bahasa ibu sejak lahir. Menurut definisi ini bener si anak dicontoh diatas itu native speaker bahasa Indonesia. Dia mulai belajar bahasa Inggris mungkin sewaktu masuk kelompok bermain.
  • Bahasa ibu adalah bahasa ibu si orang tua. Ini betul juga, bahasa ibu kedua orang tua si anak itu bahasa Indonesia.
  • Bahasa ibu adalah bahasa resmi dinegara domisili si anak dan ia juga tumbuh besar dinegara ini. Ini juga betul.

Cuma setelah ditelusuri penjelasan diatas jadi tambah bingung gw. Apa bener si anak ini native speaker bahasa Indonesia sementara prakteknya dia lebih fasih berbahasa Inggris?

Bahasa = alat komunikasi
Basi banget sub judul diatas ya, bahasa = alat komunikasi. Yang mau gw tekankan ini bagaimana anak-anak Indonesia yang seperti contoh diatas itu akan berkomunikasi dengan rekan sekerjanya? Kemampuan berbahasa setara dengan native speaker itu memungkinkan si penutur bebas menyatakan apa yang dia maksud dalam nuansa yang luas. Nanti mereka dewasa, kerja di Indonesia tapi lebih fasih berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Sementara rekan sekerjanya berbahasa Indonesia semua. Bagaimana cara mengatasi kendala bahasa ini?

Pengaruh bahasa Inggris
Di era global masa sekarang ini banyak kata bahasa Inggris yang diserap dalam bahasa Indonesia. Ini hal yang tidak bisa terbendung. Coba cari padanan Computer dalam bahasa Indonesia? Ada banyak kata bahasa Inggris yang sudah lumrah dipakai dan dimengerti oleh umum.

Yang gw bingungnya kenapa diacara tv Indonesia banyak pembawa acaranya menyelipkan kata-kata bahasa Inggris. Heran lah ya ngeliat Farah Quinn masak, dia bilang sayur ini harus di stir fry, cake ini akan saya bake dulu. Asli gw sebel liatnya. Acara tv ini kan ditonton orang diseluruh Indonesia yang mungkin ngga semua ngerti kata-kata itu. Eh, tapi bukan hanya si tukang masak terkenal (asli gw ngga percaya sih sebenernya sama dia, tukang masak kok kurus ha…ha…) ini loh yang suka campur-campur ngomongnya, banyak juga yang lain yang sama kelakuannya.

Bahasa Alay
Banyak orang yang khawatir bahasa Alay akan merusak bahasa Indonesia. Sebelum ada bahasa Alay udah ada bahasa bencong, bahasa gaul dan bahasa prokem tapi sampe sekarang bahasa Indonesia bertahan tuh. Menurut gw bahasa sempalan seperti gw sebut diatas ini adalah produk subkultur yang sifatnya sementara. Dan memang dinamis adalah salah satu ciri bahasa apapun didunia. Para penuturnya juga menentukan arah bahasa ini akan kemana. Contohya bahasa Alay Belanda yang mendapat pengaruh dari bahasa Inggris, Jawa, Berber, Arab, Creol, Papiamento dan Turki. Bahasa ini ada karena semakin banyaknya generasi ABG keturunan imigran dari negara penutur bahasa itu. Mencuat kepermukaan, bahasa alay Belanda ini diserap oleh subkultur ABG sini, sampe anak gw juga ikutan pake bahasa Alay ini kalo ngobrol sama gw. Bingung tapi lucu dengernya, asal banget. Tapi bahasa Belanda yang baku tetep dipake disekolah dan media.

Bahasa = identitas
Fungsi bahasa disamping alat komunikasi verbal adalah memperjelas identitas si penutur. Dalam situasi tertentu fungsi ini dapat menguntungkan si penutur tapi disisi lain bisa juga merugikan. Saat bepergian; coba belajar beberapa kata dalam bahasa setempat, pasti penduduk lokal akan menghargai usaha ini. Buntutnya bisa dapet korting atau ditawari makan, minum bahkan jalan-jalan πŸ˜‰ Lain masalahnya di daerah berkonflik dimana bahasa sebagai identitas bisa berakibat fatal untuk si penutur. Atau di daerah dimana 2/3 bahasa itu diakui secara resmi seperti di Belgia misalnya. Semua dokumen resmi, informasi ya dua bahasa: Vlaams (Bahasa Belandanya Belgia) dan Perancis. Ribet bo.

Walaupun gw yakin bahasa Indonesia tetap akan bertahan dan berkembang dilihat dari jumlah penutur aktif, daerah dan struktur bahasanya yang gampang, tetep aja gw prihatin dengan trend anak kecil di Jakarta yang sekarang lebih fasih berbahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Keprihatinan gw ya kalo semakin banyak orang Indonesia yang kefasihan berbahasa Indonesianya ngga setara dengan tingkat native speaker, bagaimana nasib lingua franca kita ini? Mau jadi seperti bahasa Pidgin atau Papiamento yang seperti gado-gado dengan pengaruh beberapa bahasa asing? Jangan gara-gara gengsi dan prestise serta niat untuk bisa bersaing dikancah internasional identitas bangsa jadi ngga jelas.

CaWah (Catatan Bawah)
Pernah gw juga nulis fenomena orang Indonesia tinggal diluar negri yang lupa bahasa ibu.

43 thoughts on “Berbahasa Satu

  1. Untuuuungggg, anak2ku cuma bisa bahasa indonesia. Hahaha.. bukan apa2, bapak ibunya ini bhs inggrisnya pas2an, mbaaak… πŸ˜†
    Aku suka diledek sm mas Myko, kok nggak ngajarin anak2 bahasa jawa? Ya habis, bhs Jawaku jg skrg pas2an bangeeetttt! Efek dr sejak SMA keluar jawa, jadi lebih byk ngomong pake bhs Indonesia kan? Ngomong jawa, kalo pas mudik doang… πŸ™‚
    Btw, ada yg nggak suka sama farah quinn, niihhh… hihihi…

    • Waa, aku malah pingin belajar bahasa Jawa yang bener Fit. Waktu sok-sok’an boso Jowo terus ditegur eyangku ngga boleh campur-campur halus & kasarnya aku jadi malu & brenti deh. Padahal pingin bener.

      Ah, ngga apa-apa, kan bahasa Inggris hanya menunjang bukan tujuan akhir.

      Mengenai Farah Quinn, aku ngga sreg & sebel aja liatnya. Dia itu kan orang Indonesia asli kenapa seperti lupa bahasa Indonesia? Berapa lama pun tinggal di luar negri ngga akan lupa bahasa ibu. Mungkin untuk menulis yang baik & benar secara tata bahasa udah lupa, bisa maklum. Tapi ini nyericosnya ngenggres gitu. Sebel.

  2. Mbaaaa Yo πŸ™‚ pertama mau komen si farah itu haha. temen aku juga ada yg sewot banget ama dia karena koq tk masak kukunya panjang. udah gitu ada temen lagi yang kebetulan koki bilang, kayaknya gak mungkin banget koki itu kayak dia. gak mungkin deh haha. karena dulu aku agak suka (skr gak lagi, gampang dipengaruhi) kalo denger komen mereka bisa sampe ngakak banget hahaha.

    soal bahasa, di Medan juga koq πŸ™‚ kalo yang anak dari mix married yah bisa dimengerti karena mereka kan ngomong inggris/indo di rumah, yang lucu kalo mereka bener2 anak indonesia, lahir dan besar di Indo tapi tetep ngomong bahasa inggris. si matt sering ketemu yang beginian di sekolah nih dan matt tetap aja ngajak ngomong mereka bahasa indonesia sampe nanti ibunya/nanny mereka ngomong “mister, ajak ngomong bahasa inggris aja, dia gak ngerti itu bahasa indonesia”

    • Ha…ha…ternyata 1 kalimat tentang Farah Quinn menggelitik pembaca πŸ™‚ Aku ngga suka Non, berlebihan. Setuju banget sama temen kamu itu. Berhubung aku juga suka masak, kerja didapur itu ngga mungkin deh kukunya panjang. Seperti aku tulis dijawaban untuk si Baginda Ratu dibawah: Farah Quinn kan orang Indonesia asli ya, ngga ada campurannya, kok kayanya dia udah lupa beberapa kata Indonesia sih?

      Pengalaman Matt berarti sama seperti pengalamanku dipost ini. Yang fasih bahasa Inggris dan ngga lancar itu anak Indonesia asli, kedua orang tuanya Indonesia dan tinggal di Indonesia pula. Kadang suka bingung si anak itu komunikasi dengan babysitternya gimana ya?

  3. Aku ngeh kalo banyak anak – anak Indonesia sekarang berbahasa Inggris ya pas pulang kemarin mbak, di bandara anak – anak itu berceloteh riang pake ngenggres tp bapak ibu’e Indonesia, trus lihat juga di mall di jalan dimana mana! Aku miris lihat novel di Gramedia semua nya berbahasa aneh. Jarang banget novel baru berbahasa indah kebanyakan bahasa gado gado. Sebenernya krisis bahasa di alamin di Belanda juga, anak generasi muda juga ga gitu gape dalam perbendaharaan kata dan tata bahasa…sama kayak di Indonesia. Aku perhatiin di tivi juga kadang mereka suka pakai vocab yang salah. Jadi yah, semoga bahasa ibu tetep dilestarikan gimanapun cara nya. Jadi mikir, nanti anakku pasti bahasa nya gado gado deh. Tantangan juga ngajarin anak berbahasa Indonesia yang baik dan benar di negara lain gini…Btw soal Farah Quinn, huahahaha! itu koki apa model yaaa? Sumpah mau masak aja belibet banget, make up lenongan segambreng. Jadi gak khusyuk belajar masak nya!

    • Parah kan Pie. Bedanya di Belanda hampir ngga ada anak yang ngga fasih bahasa Belanda tapi fasih bahasa asing lain padahal kedua orang tuanya orang londo asli. Mengenai ABG londo pake bahasa alay sini, itu kebanyakan anak keturunan imigran dimana dirumah mereka pake bahasa ibu orang tuanya dan di sekolah harus pake bahasa Belanda. Ini lebih ke problem integrasi.

      Aku sampe G umur 3,5 tahun pake bahasa Indonesia ke dia, bapaknya bahasa Belanda. Cuma sejak dia masuk playgroup dan sering ketuker akunya khawatir dia akan ketinggalan bahasa Belandanya disekolah. Jadi aku & papanya bahasa Belanda ke dia. Mulai dia umur 6, aku mulai bahasa Indonesia lagi sampe sekarang. Lumayan lah Pie, walaupun bahasa Indonesianya si G bahasa pasaran, dia bisa komunikasi sama keluargaku di Indonesia, bisa tawar barang dipasar & pesen makanan minuman direstoran πŸ˜‰

      Mengenai Farah Quinn, aku ragu penggemar dia yang cowo suka masak beneran atau cuma mau liat asetnya (dadanya) dia aja di TV? πŸ˜‰

  4. Iya bener mba, banyakk banget krucils di Jkt sini yg ngomong casciscus pake english.. Py aja sampe minder krn jagoan mereka. Sampe2 si baby sitter nya juga dilesin english, jadi klo ngobrol ya tetep english.. Sedih memang, apa kabar bahasa Persatuan dimasa mendatang nanti. Bahasa memang harus diajarin sejak kecil biar lebih cepat nangkapnya. Tapi kalo sampe bahasa Ibu terlupa gimana yah? Bukannya yg ngebanggain justru kalo bisa berbahasa Ibu kan.

    • Nah itulah. Maksudnya sampe orang tua mereka ngebelain supaya babysitternya bisa bahasa Inggris juga. Siapa tahu pengucapannya ngga bener, jadi ngaco nanti. Inggrisnya ngaco Indonesianya ngga bener.

  5. Kalau masih zamannya aku seh Mba (yang masih di umur rata-rata), ngomongnya masih lah indonesia mentahhh banget, lebih klik di hati aja kalau mau ngomong sesuatu, kecuali pas meeting kantor yang biasanya sama bos, mau gak mau kadang kita menyelipkan beberapa kata untuk mengimbangi mereka yang juga ngomong nya sepotong-sepotong inggris untuk penekanan kata-kata tertentu, tapi giliran kita ngobrol sama anak kecil, anaknya sodara temen, gak mau diajakin ngomong indonesia, gak ngerti, padahal dia baru 7 tahun loh :S
    Btw Mba, sekarang beberapa babysitter juga udah “bisa” bahasa inggris untuk mengimbangi si anak πŸ˜€

    • Betul Astrid, ini perkembangan yang membuat prihatin. Itu anak umur 7 tahun maunya berbahasa Inggris, tinggal di Indonesia dan kedua orang tuanya orang Indonesia juga. Keblinger ini.

    • Bahasa daerah dipake kok dikota besar bukan hanya didesa aja. Kalo ke Yogya/Solo kita belanja berbahasa Jawa dibalas bahasa Jawa πŸ˜‰

  6. mmhh mo bilang gini saja, pendidikan di indonesia [kebanyak sekolah elit gitu] berbasis bahasa pengantar english, jadi anak2 disarankan praktekin bahasa inggris, tapi ya tetep kog mereka juga berbahasa indonesia.. ini ku perhatikan para ponakan gitu sih, tapi sama kita mereka omong bahasa, sama yang lain omong english ato cina ato perancis..
    iya sih soal bahasa ibu, bahasa menunjukan bangsa kan..
    soal farahquinn, postingan ini ku sampaikan ke dia ya..

    • Bagus deh ponakannya masih berbahasa Indonesia. Memang di Indonesia semakin banyak sekolah dua bahasa. Cuma kalo aku perhatiin banyak anak kecil di Jakarta yang lebih lancar bahasa Inggrisnya dibanding bahasa Indonesia. Dan mereka lebih suka berbahasa Inggris karena orang tuanya minta mereka begini. Sekolah di Belanda juga banyak yang dua bahasa. Selain bahasa Belanda dapet pelajaran bahasa Inggris, Jerman dan Perancis. Nanti kelas 3 SMP bisa pilih extra Mandarin atau Spanyol. Cuma dia sekarang ya kalo ngobrol pake Bahasa Belanda & Indonesia (sama aku) diseling beberapa kata dalam bahasa Inggris.

      Ha…ha…kenapa ini banyak yang komen tentang Farah Quinn dipostingan diatas? Makasih ya udah disampein ka yang bersangkutan ;-).

  7. Memang memprihatinkan ya mbak, pas aku plg kmrn juga papasan ortu anak ngobrol bhs inggris terus.. Betul kata mbak, bagus sih… Tp bagaimana jika melupakan bahasa ibu? Ato mgk bahkan kagok ngomong bahasa ibu? Di Indonesia banyak banget bahasa daerah yang bahkan juga hampir punah 😦
    Malahan bahasa galau dan alay yg skrg lg meraja lela, well yeaaah this is it …. (Ala Farah Queen) hahaha

    • Iya, bingung kan Cha denger/liatnya? Karena ini semakin banyak dan orang tuanya si anak keduanya orang Indonesia. Sampe ditulis di New York Times kok fenomena ini.

  8. Aku mulai bisa ngomongnya waktu kecil mulai dengan Bahasa daerah dulu… baru belajar Bahasa Indonesia.. di sekolah dan berbahasa Inggris di kerjaan. Jadi kalau ngomong aku tergantung keadaan. Kalau dengan saudaraku atau teman teman masa kecilku di Bali ya aku berbahasa Bali. Kalau dengan teman-temanku.. ya bahasa Indonesia kalau dia berbahasa Indonesia, kadang berbahasa Inggris kalo dia berbahasa Inggris… atau kadang gado-gado juga kalau dia ngomong keduanya… he he..
    tapi aku pikir, Bahasa itu juga akan berkembang sesuai dengan kebutuhan penuturnya…

    • Memang betul ciri khas bahasa itu dinamis dan berkembang seperti aku tulis diatas. Yang aku khawatirkan kenapa semakin banyak anak Indonesia dengan orang tua Indonesia yang hanya berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

      Untuk kamu kan bahasa Bali memang bahasa ibu dan besar di Bali, kedua orang tua dari Bali. Aku juga sekarang ngomongnya campur Indonesia, Inggris, Belanda ke teman-temen Indonesia yang tinggal disini, tapi masih tetep dipake bahasa Indonesianya walaupun udah ngga baku.

  9. Berapa kali soal ini dibahas di Jakarta Post. Semoga fenomena ini bakal segera berakhir. Yang kuperhatikan, untuk orang kita, sepertinya ada kebanggaan tersendiri kalo bisa berbahasa lain. Bukan hal yang buruk, tapi kalo sudah mengalahkan bahasa sendiri, dimana itu logikanya? Masak tinggal di negara sendiri, malah gak bisa bahasanya? Super duper aneh.

    • Nah itu Ret! Kamu nangkep esensi post ini. Aku juga suka bahasa asing dan ngomong juga campur-campur cuma ngga akan mungkin lah lupa bahasa Indonesia.

  10. Yup. Ini yang memang lagi trend di kalangan orang tua Indonesia. Kalau yang mixed parents sih emang bisa dimaklumin yak.

    Sempet kenal salah satu pasangan Indonesia yang tinggal di dekat tempat aku tinggal yang ngomong ke anaknya pake bahasa Inggris. Bukan mau “menghina” tapi bahasa Inggrisnya yang dipake juga nggak bagus, jadi takutnya malah ngerusak si anak. Akunya sendiri heran, kenapa enggak pake bahasa Indonesia aja? Toh si anak belajar bahasa lokal di TK / SD, dan dia butuh input bahasa Indonesia karena dia toh anak Indonesia. Soal bahasa Inggris kan bisa belajar nanti2.

    Semoga “trend” ini cepet berlalu, kaya trend red velvet, rainbow cake dan semacamnya πŸ˜›

    • Nah itulah yang aku berusaha jelasin diatas. Kalo komunikasi tiap hari sama orang tuanya dalam bahasa Inggris, sementara bahasa ibunya orang tua bahasa Indonesia kan jadi setengah-setengah. Ngapain juga lagi orang Indonesia, tinggal di Indonesia tapi berbahasa Inggris. Ngga ngerti.

  11. Pingback: Lost | Nonikhairani

  12. saya orang Indonesia yang tinggal di Indonesia hampir sepanjang hayat, tapi karena tiap hari ngomong Bahasa Inggris, kalau di kantor suka membaca bahasa Perancis, kalau ngobrol sama mama pakai bahasa Jawa. Akibat penggunanaan banyak bahasa gado-gado ini otak suka lupa bahasa Indonesia. Jadinya suka nyolek kolega bule tanya ” Bahasa Indonesianya apa ya?”. Sedih banget, tapi emang kapasitas otak saya sangat terbatas.

    Gara-gara itu saya jadi maklum dan nggak mau menjudge orang yang lupa bahasa Ibu karena tinggal di luar negeri. Mungkin kapasitas otaknya kecil, sama seperti kapasitas otak saya yang super terbatas. Menyedihkan…..

    • Pos saya diatas ini berisi keprihatinan saya tentang anak kecil Indonesia dengan kedua orang tua Indonesia asli, tinggal di Indonesia dan berbahasa Inggris. Menurut saya ada nuansa jelas perbedaan antara judging dan prihatin. Saya bahkan menguraikan pengertian saya kenapa trend anak SD sekolah bilingual sekarang sedang marak di kota besar di Indonesia, untuk go international. Karena orang tua sekarang ingin memberikan bekal yang cukup untuk anaknya dihari depan nanti. Ini saya mengerti. Di satu sisi, sekali lagi saya sayangkan kalau anak-anak pintar ini nanti lebih fasih berbahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Sementara ada kemungkinan mereka bekerja sebagai executive memimpin beberapa karyawan yang tingkat bahasa Inggrisnya tidak setara dengan mereka.

      Situasi kamu menarik juga untuk dibahas. Boleh tanya kamu menulis ‘tinggal di Indonesia hampir sepanjang hayat’, pernah tinggal di luar negri? Dan kalau saya baca dikomentar kamu untuk pos lainnya diblog ini, sepertinya Jawa Timur itu bahasa ibu kamu, betul?

      • Saya sempat tinggal di Oz ketika kecil mengikuti orang tua yang studi, tapi itu nggak dihitung karena otak nggak bisa ingat apa-apa kecuali kamar mandi yang bersih ^_^

        Bahasa Ibu saya emang bahasa Jawa Timur (Malang!) dan karena ini saya jadi nulis postingan betapa saya sering lupa dengan bahasa sendiri. Menurut saya ini masalah keterbatasan otak (pada beberapa orang). Tapi emang ada yang memilih untuk melupakan bahasa Indonesia, biar gaul katanya.

        • Sayangnya kebanyakan memakai alasan yang terakhir πŸ™‚ Sering lupa tapi ngga lupa total kan? Bisa jadi keterbatasan otak atau tergantung lingkungan yang tidak mengharuskan dia menggali bahasa ibunya lagi. Saya kadang sering ngga dapat synonim kata yang sreg dalam bahasa Indonesia, harus sering buka kamus. Makanya post bahasa Indonesia di blog ini memakai bahasa pasaran. Thanks for stopping by.

        • Iya karena kebiasaan, harus berkumpul dengan pengguna bahasa ibu dulu baru bisa muncul lagi. Masalahnya bahasa ibuku bukan bahasa indonesia, jadi begitu tercabut dari akar langsung hilang semua.

  13. Saya pernah mengalami mbak, waktu nonton pagelaran kesenian Sunda dan di belakang saya ada anak yang terus menerus bertanya dalam bahasa Inggris pada ortunya arti percakapan di panggung setiap kali penonton tertawa, hampir sepanjang pementasan dengan suara keras pula, sangat mengganggu. Ortunya jawab seadanya dalam bahasa Indo, pas dilirik, yah, 100% orang Indonesia 😦 :(. Pak, Bu, lain kali pikir-pikir dulu kalau mau ajak anak nonton pagelaran berbahasa Sunda, ada gunanya apa tidak? Menyedihkan kalau mengaku bangsa Indonesia tapi enggan berbahasa Indonesia :(. Kemunduran satu generasi dalam berbahasa yang sayangnya disikapi dengan kebanggaan dari pihak orangtua.

    • Wah ganggu banget ya Pung, lagi asik-asik nonton ada yang ngomong. Kamu tegur ngga? ‘Kemunduran satu generasi dalam berbahasa yang sayangnya disikapi dengan kebanggaan dari pihak orangtua.’ bukan hanya dibanggakan malah didukung 😦 Sayang ya. Ok ngga semua orang tua begitu sih tapi tetep aja sayang lihatnya.

      • itulah mbak, dulu saya itu gak enakan, jadi ga berani negur takut bikin ribut, padahal bukan cuma saya aja sih yg terganggu, penonton sebelah saya juga ikutan gelisah sebel..jadinya makan hati sendiri :(.. Iyaa, sayang banget..ada beberapa teman yang saya kenal (diantaranya pelaku pernikahan antar bangsa) disini mengaku menyesal waktu anak2 mereka kecil gak diajak bicara bahasa Indonesia, jadinya sekarang setelah remaja, mereka cuma mengerti pasif aja. Yah, paling tidak, mereka yang menyesal itu bisa kasih masukan untuk orangtua lain yang anak2nya masih kecil-kecil, dan orangtua yang sudah punya kesadaran untuk mengharuskan anak2nya berbahasa Indonesia semakin bertambah…diantara segala isu hangat di Indo sekarang yang bikin males baca berita/nonton siaran TV Indo, boleh lah ya terdengar sedikiitt optimis, hehehe…

        • Waktu anakku mulai bisa ngomong aku coba berbahasa Indonesia ke dia, bapaknya bahasa Belanda. Masuk playgroup aku sempet brenti berbahasa Indonesia ke dia, takut bahasa Belandanya ngga lancar. Setelah dia kelas 3 SD mulai lagi berbahasa Indonesia dan sampe sekarang pun masih. Anakku sekarang kelas 1 SMP dan lumayan lancar bahasa Indonesianya, yang penting bisa komunikasi dengan keluarga di Indonesia.

  14. Pingback: Indo…Indonesia | Chez Lorraine

  15. Mbak, membaca blogmu mencerahkan banyak hal buatku πŸ™‚ Senang mendapatkan beragam ilmu baru. Terima Kasih.

    Aku punya pengalaman “pahit” saat pertama datang ke Belanda. Sewaktu belanja sendiri ke Toko dekat rumah calon mertua (pada saat itu), ada yang menyapaku dalam bahasa inggris. Aku lihat sepertinya orang Indonesia. Aku tanya asal darimana. Dia jawab salah satu kota di Jawa Timur, Wah, asyik ketemu sama-sama Jatim, batinku. Trus aku ngomngnya ganti pakai Bahasa Indonesia. Kemudian dia bilang kalau sudah tidak terlalu bisa lagi Bahasa Indonesia. Aku tanya sudah berapa lama di Belanda. Dia jawab 5 tahun. “Glek!” Apakah memang seperti itu ya mbak pengaruh bahasa Asing sampai lupa bahasa Ibu? Aduhh rasanya campur aduk aku saat itu.

    Suami sebelum kami menikah belajar Bahasa Indonesia sedikit. Tapi lumayan selama sebulan liburan di Situbondo (nama kota aku dibesarkan) bisa berkomunikasi dengan keluarga dan tetangga.

    • Kok pahit? Aku lihat yang pahit malah yang ngaku lupa bahasa ibu padahal baru 5 tahun tinggal di negri orang πŸ˜‰

      Ini menurutku sangat berlebihan karena aku udah 19 tahun tinggal di NL aja ngga lupa. Malu malah kalo lupa bahasa ibu sementara aku juga multilingual. Ini sih berkaitan gengsi atau mungkin orang seperti itu punya pengalaman sendiri πŸ˜‰

      Nanti kamu tahu sendiri deh, tinggal di luar negri ngga akan lupa bahasa ibu. Mungkin ngga cepet tahu istilah, ungkapan dan kata baru, karena bahasa kan berkembang. Tapi ngga mungkin lupa, that is impossible!

  16. Mbak yo, ini dia.. aku sepertinya adalah ibu2 katrok di jakarta yang selalu pakai bahasa indonesia untuk komunikasi dengan anakku (sekarang umur 2 setengah tahun). Pernah suatu hari setahunan yang lalu, anakku dapat undangan trial ke sebuah kelas gym anak di mall depan bundaran HI itu, hanya aku dan anakku yang bicara dalam bahasa. Instrukturnya bicara hanya dalam bahasa inggris. Di ruangan itu didominasi oleh orang2 indonesia, berkulit sawo matang kaya saya ini.. daaan semuanya bercakap2 dalam bahasa…. inggris, sesekali nyeletuk bahasa indonesia. Bahkan “ncus” (suster= babysitter) pun berbahasa inggris belepotan campur medhok. Herannya lagi, saya suka lihat juga beberapa kolega yang merasa bangga bahwa anaknya hanya bs bahasa inggris, dan tidak bisa bahasa indonesia. Saya jg pernah sedikit tau soal berita anak2 Indonesia yang lebih fasih berbahasa inggris dimuat di NY times mbak… dan ternyata sangat memungkinkan anak umur 4 tahun bisa multilangual ASAL pondasi bahasa ibu nya sudah kuat. Aaah… ada plan tahun ini pindah ke australia selama 2 tahun. Semoga anakku nanti, dan aku yakin.. bisa belajar bahasa inggris dan nantinya cepat menyesuaikan lagi untuk kembali berbahasa indonesia pas pulang. Masalahnya, cari sekolahan bagus di jakarta yang pengantarnya pake bahasa indonesia itu susaahnyaaaa minta ampun mbak hehehhe. Lebay ya aku mbak, padahal anak baru dua tahun hehehehe…

    Oiya, kenali namaku Dila hehehe… lucu dipanggil mumun, di balasan komen sebelumnya. Don’t get me wrong, artinya mbak yoyen care dengan nama orang.. dan emang nama di blog aku kan neng mumun. Nama panggung halah… :p. Makasih ya mbak , salam dari jakartaβ™₯

Tell me what you think