Bahasa Indonesia / Books / Entertainment / Film

50 nuansa membosankan

Hari Selasa kemarin gw akhirnya nonton film Fifty shades of Grey. Secara singkat: film ini memuat 50 nuansa membosankan, 50 shades of boredom. Gw udah janji sama Christa untuk review film ini di review buku telat gw tentang trilogy EL James ini. Inilah kesan gw tentang film yang lama ditunggu-tunggu para penggemar seri 50 nuansa …..

Plot film ini lambat banget. Meni lelet pisan padahalnya dialognya pendek-pendek loh. Gw penasaran berapa ya jumlah halaman scriptnya.

Foto dari Entertainment Weekly

Sebenernya gw pingin pulang setelah adegan Ana & Christian berhubungan intim yang pertama kali tapi temen gw bilang tahan aja sampe selesai. Bosen bo. Seperti nonton Twilight (sorry ya untuk penggemar Twilight, ini pendapat gw pribadi) dimana si Bella dengan tatapan kasmaran, melongo lihat si Edward, begitulah Ana ke Christian. Terus yang buat gregetan masa Ana saking termehek-mehek sama Christian, di pegang pipinya bentar sama Christian, merem, dicium bibirnya merem, dipegang tangannya merem. (merem: bahasa Betawi yang artinya tutup mata).

Casting
Dakota Johnson sebagai Ana itu ok, dia type the girl next door. Yang nyebelin di film ini kalo Ana gigit bibirnya, yang mana sering banget! Adegan dia gigit bibirnya itu aktingnya ngga meyakinkan. Si Ana ini memang fragile, naif dan hopelessly romantic seperti dibuku tapi adegan dia galau mau-mau ngga tanda tangan kontrak jadi subnya Christian juga cemplang aja gitu.

Seperti dugaan gw Jamie Dornan ngga bisa meyakinkan gw sebagai bilyuner muda super sempurna, cakeup, kaya, bisa ini itu, karismatis dan kinky. Bukannya mikir dia seksi dan rough, malah dimata gw Christian Grey di film ini itu anak manis banget. Mana Christian Grey yang intens seperti dibuku, mana? Rada aneh juga kok menurut gw aktingya ngga meyakinkan padahal di serie The Fall, Jamie Dornan itu keren banget mainnya sebagai pembunuh serial. Asli gw takut lihat dia di The Fall. Salah siapakah kok para aktor dan aktris di film ini ngga optimal performancenya? Salah sutradara atau si E.L. James yang menurut gossip ngerecokin (lagi-lagi bahasa Betawi: mengganggu) proses shooting?

Buat penggemar Rita Ora, sorry girls and boys, dia hanya muncul 1 menit di adegan dinner di rumah orang tuanya Christian. Sepengen-pengennya gw lihat Rita Ora pake warna rambut aslinya (menurut gw rambut pirangnya dia itu dicat, orang Albania jarang banget yang natural blonde), tapi lihat dia jadi Mia Grey di film ini, berambut hitam potongan bob berpony, it is a big no. Ngga bisa review Rita Ora lebih panjang lagi karena dia hanya ngomong 2 kalimat.

Yang jadi Elliot Grey kakaknya Christian (Luke Grimes) juga terlalu serampangan dimata gw, ngga cocok dengan yang dibuku, ehm kurang sophisticated.



Yang castingnya mendekati di buku adalah menurut gw: Kate temennya Ana (Eloise Mumford; blond, all American over achiever girl), Dr Grey ibunya Christian (Macia Gay Harden; otoriter tapi ramah), ibunya Ana (Jennifer Ehle; slebor dan romantis) dan Taylor supirnya Christian (Max Martini).

Adegan panas
Seperti yang gw tulis di review bukunya, untuk gw yang tinggal di Belanda cerita tentang sex itu biasa aja. Yang bikin gw penasaran nonton film ini mau lihat bagaimana Hollywood menggambarkan adegan panas dari buku ke layar lebar. Ternyata biasa aja tuh. Gw ngga panas dingin lihatnya. Bahkan gw bilang ke suami gw, lebih pusing nonton Spartacus Blood & Sands dibanding lihat adegan panas difilm ini. 

Tanpa bermaksud vulgar, menurut gw film ini ngga kelihatan dan ngga kerasa passionnya. Kecuali kalo menurut loe passion itu ciuman dan si cowo mengangkat lengan si cewe keatas dan pegang dua pipinya si cewe itu passion, you have your fix then. Ciumannya juga ngga French kissing style yang seperti saling memagut seperti Pacman hap hap makan titik-titik didepan dia. Ngga ngerti juga gw kenapa musti diangkat lengannya, apa lebih passionate? Ada ngga ya orang biasa seperti kita yang ciuman kaya gitu, yang lengan si perempuan diangkat keatas? Kalo ciumannya lama, pegel aja.

Beberapa kali memang kelihatan payudaranya si Ana dan ada adegan Christian diatas Ana, dishoot jauh dari atas. Yah, gitu aja. Untuk yang masih penasaran tentang tema BDSM, hmmm masih terbatas di bondage (diikat). Kebanyakan bondage pake dasi, ada satu adegan Ana diikat tangannya pake tali (pinter ya si Christian buat simpul tali pasti masih kecilnya ikut Pramuka) dan ditutup matanya. Terus gw pikir nih ya di adegan Ana dicambuk akan kelihatan kek merah-merah pahanya kalo misalnya ngga mau shoot lebih keatas lagi, itu aja juga ngga. Ngga ada adegan yang bikin gw & temen londo gw menghela napas & mikir shocking! FYI Di Belanda film di bioskop ngga disensor sama sekali.

Yang bagus
Ngereview apapun (film, buku, restoran atau kafe) gw berusaha fair. Ada hal yang ngga suka ya gw tulis. Di film ini yang gw rasa bagus soundtracknya. Dan kamera sewaktu opening, long shot Seattle dengan gedung pencakar langit dalam nuansa warna abu-abu yang gloomy, representatif untuk Christian Grey.

Penutup
Nonton film ini bikin gw inget lagi ceritanya di buku. Penggalian karakter yang ngga dalem, pemilihan kata yang itu – itu aja. Dan makin sadar bahwa bukunya si EL James itu deskriptif, banyak narasi menggambarkan kegalauan para tokoh dipikiran mereka. Susah kan di buat secara visual. Moso Ana mau bilang crap 1000x? Terus mana ada cowo ngga mau disentuh cewenya? Belum lagi si Christian ini posesif, seperti orang baru pacaran jaman SMP/SMA. Moso Ana ngga bilang ke dia, Ana mau ke rumah ibunya di Georgia, dia marah? Waaaa…..eh tapi sekali lagi gw mungkin udah ketuaan untuk cerita galau dan menye-menye gini. Seumur gw ketemu cowo kaya gitu, gw tinggal. Dadah! Dan ini pertanyaan terakhir gw, untuk orang seperti Christian yang bisa dapet cewe tinggal kedip mata, apa yang bikin dia suka sama Ana, sampe seperti obsesi gitu?

Overal, kalo mau fair film ini sebenernya berhasil mengangkat buku ke layar lebar, persis plek kecuali miscasting si Jamie Dornan ya tapi ini selera pribadi. Fans militan trilogy ini pasti setuju aja. Ok, yang terakhir sekali lagi memang ini risikonya buat film berdasarkan buku. Kesimpulan gw Fifty shades of Grey the movie ini trik marketing di industri film, bukunya ngehype, hypenya dipelihara dan buzzingnya bagus. Kalo sequel 2 & 3 dibuat film, gw ngga akan nonton, takut bosen ditengah film.

79 thoughts on “50 nuansa membosankan

  1. Jadininget nonton Twilight. Adegan saling lihat lihatan antara para tokohnya bikin saya bingung. Sama bingungnya waktu baca bukunya. Jadi kayaknya gak bakalan nonton film ini saya Mbak Yo. Kebayang gimana. 😀 Makasih reviewnya Mbak. 🙂

    • samaaaa aku mau komen itu, soal adegan pandangan pandangan di Twilight aku jadi ngakak Mbak Yo dan Daniiiii ahahahahahaha. Pas nonton film itu aku jadi ngerasa seperti orang yang kebingungan “ehm…maksudnya pandangan itu apa? Harusnya ada di subtitle , gitu, dijelasin buat yang gak bisa bahasa kalbu,” hahahaha

    • Aku ketuaan untuk seri Twilight Icha. Hanya lihat filmnya setengah dan baca buku bab pertama. Anakku pun yang umur 13 tahun ngga suka 🙂

      • Iya emg agak ngebosenin jg sih novelnya. Aku nonton filmnya dulu baru baca novelnya. Aku ngerasa msh mending edward yg di novel ketimbang di film *ditimpukinfansRobPatz 😀

  2. Aku dulu fans twilight mbak, dari jaman bukunya pun belum booming di Indo sampe akhirnya dibikin film. Reaksi aku pas nonton: kecewaaaaa bgt dan nyaris tidur di bioskop karena eughh.. parah (sorry fans twilight aku juga ngefans kok, cm benci filmnya). Nah, kalo 50 shade ini aku jg baca bukunya.. dan mayan suka. Sebenernya penasaran nungguin filmnya karena Ian somelharder katanya mau jd Christian hiyaahhahaa… skrg jadi pingin gak pingin sih setelah baca2 review :p

    • Aku ketuaan untuk seri Twilight. Hanya lihat filmnya setengah dan baca buku bab pertama. Anakku pun yang umur 13 tahun ngga suka 🙂 Mengenai Fifty shades of Grey juga sama dengan Twilight. Baca deh review aku tentang bukunya. Linknya ada di pos diatas.

  3. Hahahahha… Twilight itu dulu saya ntn dua seri loh. Yang pertama krn penasaran… yg kedua itu krn mau give it another shot setelah film itu gagal maning mengimpress saya haha. Terus masih bingung kenapa Bella menya menye dan Edward yg berglitter itu bisa memesona para cewe2 di luar sana. Chemistrynya aja ora ono. Terus si 50 shades ini kan katanya inspirasinya dr Twilight… haduh makasih deh. Ngga mau salah nonton lagi hahahaha.

  4. Guwe berharap lihat male nudity di film ini, ternyata gak ada sama sekali. Rupanya si Jamie ini kagak mau. Ngapain juga dia dia di hire, aktingnya pun juga gak bagus. Adegan seksnya, alamak biasa banget. Ceritanya di film juga muter di mereka berdua aja aja, cerita dia dapat kerja dll gak tergambarkan.

    Rumornya E.L. Jamesnya banyak campur tangan jadi Directornya gak merdeka.

    Aku setuju Mbak, film ini cuma bagus soundtracknya.

    • Ngga ada dan ngga fair ya Tje. Ada shot si Ana keliatan nude dari belakang waktu dia mau mandi, eh sih Christian nudenya long shot dari atas bentar pula ha…ha….Aku nonton karena penasaran adegan BDSMnya ternyata ngga heboh, lebih tepat disebut pengantar BDSM. Itu juga masih soft, baru iket-iket tangan doang ha…ha….

  5. yah namanya juga buku yang asalnya dari fanfic twilight, pastinya ada rasa twilight yang masuk. mana sebelum dibikin buku juga ga ada yang diubah, kecuali nama tokohnya aja. menurutku baik buku ataupun filmnya terlalu overestimated. udah gitu 50sog, & twilight, bisa meracuni pikiran gadis2 abg yang akan berfikir kalo “hubungan” yang seperti diperlihatkan di kedua fandom itu adalah hubungan yang wajar atau bahkan dijadikan pedoman untuk memulai hubungan mereka sendiri. cuma IMDO doang sih.

    • Saya nonton film ini murni penasaran seperti apa adegan BDSM diangkat ke layar lebar walaupun sudah ada reservasi bahwa produksi Hollywood akan melempem dibanding film di Eropa dengan tema yang sama. Ternyata dugaan saya benar.

      Meracuni pikiran gadis-gadis Indonesia maksudnya? Tapi kan pengarang buku itu bukan dari Indonesia? Saya rasa anak remaja ada yang bisa bernalar kok. Anak perempuan saya umur 13 tahun ngga tahan baca Twilight.

      • duh mbak, kayaknya nembak banget pas nanya soal meracuni gadis Indonesia. jd kayak underestimates dan menyama-ratakan gt. aku juga ga ada maksud menyalahkan mbak karena udah nonton atau gimana. itu cuma opiniku tentang film ini. jd maksudku tadi banyak juga gadis2 bahkan ibu2 dari negara yang lebih “maju” yang berharap bisa jadi seperti Anna dan mendapatkan pasangan seperti si Grey di dunia nyata. disitulah maksudku meracuni. belum lagi buat para pria yang bisa saja beranggapan bahwa wajar untuk memperlakukan pasangan mereka seperti si Grey memperlakun Anna. kalo tentang BDSM-nya, bahkan orang2 yang menjalani kehidupan seperti itu aja mengecam isi buku tersebut. anak mbak memang pintar tapi tidak semua gadis2 di Belanda sana berfikir seperti dia kan? maaf sekali lagi kalo mbak ngerasa ga berkenan sama komentarku. silakan dihapus aja.

        • Hai Ani,

          Saya bukannya ngga berkenan hanya menegaskan 🙂 Menegaskan juga bahwa saya ngga menganggap kamu under estimate atau menyamaratakan orang. Setuju memang di negara barat pun banyak yang seperti kamu tulis jd maksudku tadi banyak juga gadis2 bahkan ibu2 dari negara yang lebih “maju” yang berharap bisa jadi seperti Anna dan mendapatkan pasangan seperti si Grey di dunia nyata. Saya lihat sih ini hanya hype kok. Dan tentang belum lagi buat para pria yang bisa saja beranggapan bahwa wajar untuk memperlakukan pasangan mereka seperti si Grey memperlakun Anna. memang bikin gemes tapi ada juga perempuan yang begini.

  6. Sudah beberapa yang gak rekomen film ini. Jadi mikir ulang. Bahkan temen bilang, jangan donlot. Sayang. Mending donlot film lain.

  7. betul ternyata niatan aku buat gak nonton 50 shades, gak tertarik sih. Orang juga banyak yang bilang biasa aja. Twilight lebih gak suka lagi -_- kesel kayak angling dharma gitu terbang2 sana sini

  8. Jadi mikir 1000x buat nonton, apalagi nonton di Indonesia artinya harus usaha download atau beli DVD.. mending film lain hehe. Thanks for sharing btw 🙂

  9. wuahahahaha bukunya aja ngga bikin greget apalagi dibikin film… jujur aja film adaptasi novel paling bgs yg aku tau masih harry potter aja (mungkin ada yg laen yg bgs tp belom nonton)
    twilight aku suka novelnya aja thank you very much. sukanya gara2 Alice Cullen doang, lanjut baca jg gara2 Alice #tipekaraktersampingan heheheheee

  10. Mbak yo, ini review nya persis bahasan ibu-ibu grup gw. Ngebosenin dan kurang chemistry kata mereka. Gw sih belom baca buku atau nonton film nya, soalnya gak selera.

  11. Kalo film dg tema cinta2an mmng rawan bosen ya Mbak Yo, harus pinter2 ngambil hati penonton lwt storynya. Blm ada yg bisa ngalahin Pretty Woman mnrtku.
    FSOG ini nanggung krn berusaha gabungin cinta naif (love at first sight) ama cinta napsu (sex scene). Romancenya kurang terasa, sex scenenya kebentur “moral” visual publik.

  12. Sepertinya memang 50 Shades byk mengecewakan penonton ya. Ad dan marketing-nya aza yg pinter thu. Same here, gw juga ga suka Twilight!

  13. Despite the bad reviews and critics bashing this movie, they have made well over $300 millions world wide. Gila banget ya. Yang saya denger, Dakota dan Jamie cuma dibayar sekitar $250,000 dan mereka minta naik “gaji” buat sequel berikutnya. It’s not surprising if they both at least get $10 mil for the sequel.

    • Yes, the core fans find this movie excellent Erita! Aku lihat ada dua bagian yang bener pro and con, ngga ada yang netral aja 🙂 Betul, udah pasti sequel 2nya diproduksi ya.

  14. Serius akan ada sequel dari film ini? waah..gw belum nonton Twilight Yen..dan mungkin yang ini juga gak akan nonton..Baca review di post ini jauh lebih asik dan mempertegas untuk tidak nonton film ini..Makasih ya Yen..

  15. Ada yang muntah muntah lho gara gara nonton adegan sado-masokis di film ini. Aku baca soal ini di koran online Inggris. Padahal menurutku adegan seksnya ya ternyata “belum apa apa”. 😀

    • Serius Wul? Kok berlebihan ya padahal soft banget adegan BDSMnya, cuma diiket doang tangannya ha….ha….Yang dipukul juga ngga keliatan deh.

  16. Romans drama ya…waduh saya ga kuat nonton romans drama, selalu ketiduran….apalagi setelah baca review ini. Terima kasih deh. TFS mba..

  17. Hi saya sr, beneran sampe pengin koment ttg film ini gara gara di indo heboh bener penolakanya dan setelah ntn sampai bingung dimana sadisnya terlalu soft untuk ukuran cerira ttg bsdm sampai titip temen untuk beli bukunya karena pengin tahu cerita aslinya.,

    • Hallo Lily,

      Untuk ukuran Indonesia mungkin memang banyak adegan Ananya nude ya, tapi adegan seks dan BDSMnya soft banget memang. Di pos diatas ada link ke review bukunya kalo mau baca.

  18. Mbak, aku pribadi nggak baca bukunya dan juga nggak nonton filmnya.
    Tapi aku punya temen mereka couple, dan bener-bener into lifestyle BDSM (plus polyamorous lifestyle, mereka punya group tetap untuk swing). Mereka protes banget sama film ini yang gak realistis katanya ada adegan si Ana dipukulin n si Christiannya terus langsung pergi begitu aja, karena di lifestyle BDSM betulan there’s a thing called aftercare. Jadi ya nggak main mukul main tinggal aja… terus buat mereka consent penuh itu penting sekali, kalo pasangannya ragu-ragu mereka nggak akan ngelakuin (katanya beda jauh dgn si Ana yang ragu-ragu, Christiannya main lanjut terus).

    • Betul Mar, ngga realistis dan adegan BDSM di film ini masih termasuk kategori soft banget. Di documentary Belanda tentang BDSM lebih banyak yang bisa dilihat. Betul temen kamu bilang practising BDSM itu mutual consent, lagipula sub bukan berarti lebih rendah dari dom ya secara psikologis. I call this, excuse my word, mindfuck. Mungkin karena itu Ana di film ini banyak menutup mata karena kebayang atau untuk menggambarkan narasi yang panjang, deskriptif dan itu – itu aja di bukunya 😉

      Menurutku kunci suksesnya film & buku ini karena berdasarkan lovestory, Cinderella meets her prince charming in the dark room 😉

      • Iya bener banget aku setuju tentang yang jadi sub lebih rendah, karena biasanya rata-rata mereka ada main ganti role, atau yang jadi sub memang preferencenya didominasi partnernya. Aku sempet baca sedikit bukunya, terus karena bosen nggak nyampe chapter 2 hahaha.
        Orang-orang awam banyak yang belum paham soal BDSM makanya cerita ala Cinderellanya menjual… apalagi cewek2 ya. Waktu bukunya baru keluar Pathku sampe meledak semua cewek baca itu semua.

        • Ha…ha….iya. Ada temenku masih seumuran kamu, cowonya kesel karena dia terpengaruh banget dengan buku ini. Cowonya bilang ngga realistis lah ada cowo kaya Christian Grey.

          Aku baca bukunya dilongkap-longkap karena bosen tapi pingin baca sampe abis soalnya waktu itu hype bener 😉

        • Aduh kok kocak sih, masih kebayang ada cowok yang kayak Christian Grey di dunia nyata. Jadi inget dulu aku ngebayang pengen ketemu cowok kaya Spencer Reid-nya Criminal Minds malah di dunia nyata… ada kali 8 tahunan yang lalu tapi, haha. Atau Bruce Wayne versi Christian Bale huhuhuhu.
          Imagenya membutakan nih!

  19. Agree mba.. filmnya bosenin banget. Manalah aktingnya.. aduuh.. kaku dan ga ada chemistrynya sama sekali. Saking kakunya aku udah ga bisa konsen lagi sama ceritanya (walaupun ceritanya juga bisa dibilang ga ada sih).

  20. Sepertinya perbedaan antara film dan manuskripnya jauh sekali :haha. Untung belum nonton. Twilight juga saya nggak nonton, sih :haha. Dari pertama lihat saya tidak terlalu berminat.
    Sebenarnya untuk film 50 shades ini pun saya merasakan hal serupa :haha.

  21. Gue nonton juga nih pelem mbak, abis pulang kerja, iseng. Bios tinggal nyebrang dr kantor. Krn ga expect apa2 ya wes pas nonton biasa2 aja. Cm bener bangeeet kok ini Grey nya jd manis bener gda misterius2 nya. Sedangkan kang Jamie di The Fall bikin gw mrinding saking psycho nya. Dan ember, buat qt yg di Belanda scene romantis dan nudity nya cemen sekaleee. Dibanding sama film2 nya si Carice van Houten yg film br mulai 2 menit dia nya udah telenji. Hehehe. Tp mayan lah jd tau ooohh gini film nya tooohhh:)

    • Iya Pie. Misteri itu kenapa aktor/aktris performancenya bisa bagus di satu film tapi di film lain ngga.

      Betul, cemen yah nonton film ini 🙂

  22. Halo mbak Lorraine salam kenal 🙂
    Selama ini aku silent reader tapi pas baca ini kok ya gak tahan pengen komen. Hehehe…

    Jujur, ini film & bukunya bikin kecewa berat dari segi apapun! Apalagi dari segi BDSM nya. Itu mah bukan BDSM tapi semacam sex assault. Kalo tanpa embel2 BDSM 50sog gak ada apa2nya. Haduh… Kadang aku suka gemes sama orang sekitar aku yang demen banget 50sog dan tiba2 jadi suka BDSM. WTH? Bahkan orang yang punya lifestyle BDSM mungkin geli kali ya. Maaf aku sangat kritis dng buku dan fil soalnya emang pernah baca dan nonton yang aslinya. Itu sangat jauuuuuuuuhhhhh berbeda yang bahkan ada part yang gak sanggu aku baca / tonton. So menurut aku buku & film 50sog itu seperti jojokeja sih.

    (mohon maaf buat fans 50sog yahhh.. Walaupun gak sepenuh hati menyesal mengkritik ini film sih)

    Terima kasih mbak udah mau share review film nya 🙂

    • Hallo Putri,

      Ngga usah minta maaf kalau punya pendapat berbeda. Boleh kok ngga setuju kan pendapat itu pribadi sifatnya.

      Untuk filmnya sih saya ngga kecewa karena ekspetasi saya kurang lebih sama seperti bukunya yang bikin gemes bacanya 😉

      BDSM di buku dan film dari trilogy ini masih termasuk basic menurut ukuran Belanda tempat saya tinggal.

      Makasih ya komennya. You broke your silence 😉

  23. Mbak Yo, kan aku emang tak suka bukunya, tak niat juga nonton filmnya. Kmrn salah satu temenku anak baru di sini cerita dengan semangat soal film ini dan soal bukunya dan soal gimana kerennya si Grey dsb dst , dan aku manggut-manggut aja dan kubilang “Yah, itu gak nyata banget sih dan….” dan dia langsung teriak “Kak Sondaaaang, plis antusias dikiiit doong. Jangan hancurkan imajinasiku tentang iniii…Kakak kan udah nikah, udahlah biarkan aku cerita ajaaaa,”

  24. Hallo Mba Yoyen, salam kenal yaa. okay laah.. sudah bulat niat gw utk gak nonton ini film. hehe. dah kebayang gak menarik karena preview-nya pun kurang greget. buku-nya pun bukan jenis buku yang bisa gw baca berulang2. boring tingkat tinggi deh. but i like the songs…

      • Halo Mba Yoyen. Panggil rina aja. btw, iya neh ada dua kubu, tp skarang kyanya lebih memihak ke dengerin lagu2nya aja. They made a nice version of ‘i put a spell on you’ sama ‘i’m on fire’

  25. Akhirnya barusan aku nonton nih film di internet mbak. Haduh baru setengah jalan udah aku close, bukannya kagak kuat liat adegan2nya tapi kagak kuat nahan bosen! Si Grey-nya juga, entah kenapa aku ngeliat dia malah kayak menye2 gitu. Ana jangan ditanya. Dari menit2 pertama aku udah rolling eyes sama facepalm ngeliat dia kayak bocah SMA smitten liat cowok berkharisma. Dan karena aku baca bukunya sampe abis, agak kecewa juga karena banyak adegan yg dipotong2, kalo mbak bilang dialog film ini pendek2 aslinya di bukunya panjang2. Mana si Ana kebanyakan monolog.

    • Ha…ha….iya kan Crystal? Menye-menye abis. Castingnya parah.

      Betul, dialog pendek karena susah menggambarkan narasi Ana yang panjang banget dibukunya dan diulang-ulang; crap, he looks so handsome. I want to run my fingers through his thick hair yada…yada…

      • Untungnya ngga ada dialog ‘inner goddess’ kayak di buku yg entah tiba2 muncul dari mana… huahahaha

  26. halo mba Yoyen, aku belum pernah baca bukunya, tapi semua orang di kantorku pada nonton jadi ikutan lah nonton karena penasaran denger mereka cerita yang antusias banget dan bilang bagus… terus yang paling aneh adalah abis nonton film 50 shades (aku nonton di DVD), besoknya aku nonton Filosofi Kopi, rasanya chemistry si Ben dan Jodi jauuuhhh lebih keren daripada cerita yang kayaknya box office itu hehehe…

    • Hai Lydia, Banyak temenku juga yang merasa trilogy ini bagus. Aku sih cape hati bacanya walaupun sampe tamat ya 😉 Lelet dan storytellingnya teenage style walaupun subyeknya dewasa. Buang waktu & uang nonton filmnya 😉

Tell me what you think